Letusan gunung berapi merupakan proses yang mengagumkan. Sayangnya, (atau untungnya!) kebanyakan dari kita tidak akan pernah mengalaminya dalam hidup kita. Tapi kita mungkin memiliki kesempatan untuk melihat produk-produk dari proses vulkanik saat berpergian ke suatu negara atau hiking di hutan. Batuan vulkanik, produk padat dari letusan gunung berapi adalah kelompok batuan yang terbesar yang disebut batu beku.
Batuan beku bisa batuan kristalin atau gelas yang dibentuk oleh pendinginan dan pemadatan magma cair. Batuan beku merupakan satu dari tiga batuan lainnya, yaitu metamorf dan sedimen.
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma, yang panasnya (600 deg.C - 1300 deg.C, atau 1100 deg - 2400 deg F..) bahan batu cair atau sebagian cair.Bumi didominasi batuan beku dan dilapisi batuan sedimen yang tipis. Sedangkan batuan sedimen dihasilkan oleh proses di permukaan bumi seperti pelapukan dan erosi, batuan beku - dan metamorf - adalah batuan yang dibentuk oleh proses internal yang tidak dapat langsung diamati.
Magma dihasilkan di dalam asthenoper ( lapisan batuan cair di kerak bumi) pada kedalaman sekitar 60-100 km (40-60 mili). Karena magama kurang padat ari batuan seiktarnya, maka magma akan naik ke atas. Bisa di dalam kerak bumi, atau sampai ke permukaan akibat dari volkanik sebagai aliran lava. Batuan yang terbentuk dari pendinginan dan solidifikasi magma jauh di dalam kerak bumi (plutonik) akan berbeda dengan hasil erupsi (volkanik) karena terbentuk di dua lingkungan yang berbeda.
Di dalam kerak bumi, suhu dan tekanan lebih besar dari di permukaan, magma akan mendingin perlahan dan terkristal sempurna. Pendinginan yang lambat memacu pertumbuhan mineral yang cukup besar sehingga bisa diamati secara visual tanpa bantuan mikroskop (phaneritic, dari bahasa Yunani, phaneros=tampak). Sebaliknya, erupsi magma di permukaan akan mendingin sangat cepat sehingga mineral yang terbentuk sedikit atau tidak ada kesempatan untuk tumbuh. Hasilnya, batuan tersusun dari mineral2 yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop, (aphanitic, bahasa yunani aphanes= tak tampak) atau tidak ada mineral sedikitpun (tersusun oleh glass, sangat viscous, cairan non-kristalin).
Batuan beku plutonik dapat terekspos ke permukaan dalam periode pelapukan yang lama atau kekuatan tektonik yang mengaangkat kerak ke atas atau bisa kesuanya. Batuan intrusive yang terekspos ditemukan dalam berbagai ukuran yang bervariasi, dari dike yang kecil sampai batolith yang besar, yang mencapai ratusan mili persegi dan membuat rangkaian pegunungan.
Batuan ekstrusiv dapat terbentuk melalui
1. Aliran lava yang membanjiri permukaan tanah seperti sungai dan
2. Potongan fragmen magma yang ukurannya beragam (pyroclastic material( yang biasa terbawa ke atmosfer dan menutupi permukaan bumi ketika mengendap,
Coarser-piroklastik akan trakumulasi dekat dengan erupsi volcano, tapi fine-piroklastik ditemukan sebagai lapisan yang tipis dan berjarak ratusan mili dari volcano. Kebanyakan aliran lava tidak jauh dari volcano, tapi low-viscosity yang tererupsi dari celah yang panjang akan terakumulasi dalan sequen yang tipis. Baik intrusive dan ekstrusiv mempunyai peran penting dalam pemisahan lantai samudra, formasi kerak samudra, dan formasi batas kontinen. Proses ini telah ada dari bumi ini terbentuk, sekitar 4.6 miliar tahun yang lalu.
KLASIFIKASI
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan mineral dan tekstur. Pada bahasan sebelumnya, tekstur digunakan untuk membagi batuan beku kedalam dua kelompok: (1) batuan beku plutonik, dengan ukuran mineral yang bsa dilihat dengan mata telanjang, dan (2) tipe volkanik, komposisi mineralnya sangat halus-glassy yang dilihat mengunakan bantuan mikroskop. Phaneritik dapat diklasifikasikan berdasarkan mineralogy selama dapat dibedakan, tpi batuan volkanik sangat sulit diklasifikasikan karena mineralnya yang tak tampak ataou tidak sepenuhnya terkristal karena pendinginan yang cepat.
Batuan plutonik diklasifikasikan berdasar minerologi dengan memperhatikan proporsi berbagai minral yang terkandung. Di berbagai skema klsifikasi, batas antara kelas-kelas ditentukan semena-mena, apabila batas dapat ditempatkan sesuai bagian sewajarnya atau jarak anatara kelas-kelas, akan terlihat tidak baik dan subjektif. Skema yang banyak digunakan aadalah yang dikeluarkan oleh International Union of Geological Sciences (IUGS).
Rata-rata ahli bui menggunakan klasifikasi yang lebih simple. Klasifikasinya bedasarkan asosiasi yang terjadi pada mineral silica. Kita tidak perlu mengetahui persentase berbagai macam mineral, hanya mineral yang ditemukan. Walaupun tidak akurat atau presisi sebagaimana klasifikasi IUGS jika lebih dari cukup untuk studi lapangan dan laboratorium.
TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur Phaneritik
Tekstur batuan phaneritik terdiri dari Kristal-kristal yang besar yang jelas terlihat oleh mata dengan atau tanpa lup datau mikroskop binocular. Seluruh batuan terdiri dari Kristal yang besar, biasnya ½ mm sampai beberapa sentimeter, tidak ada matriks halus. Tekstur ini terbentuk karena pendinginan magma yang lamabat di lingkungan plutonik.
Sketsa di samping, menginformasikan kalau phaneritik harus mempunyai mineral yang jelas terlihat. Para pemula sering salah ketika membedakan tekstur porfiritik dan aphanitik sebagai phaneritik. Batuan dengan felsic yang banyak sperti granit, tekstur phaneritiknya jarang salah ketika diidentifikasi. Tapi batuan yang gelap seperti gabbro sering salah. Untuk praktisnya, aphanitik tidak kusam, sedangkan phaneritik lebih terang atau bersinar (bedakan dengan obsidian)
Contoh Phaneritik:
Tekstur Phaneritik |
Tekstur Aphanitik
Tekstru apanitik terdiri dari Kristal yang tidak bisa dilihat dengan mata atau lup. Seluruh batuan terbentuk oleh Kristal-kristal yang kecil, biasanya kurang dari ½ mm. tekstur ini dihasilkan dari pendinginan magma yang cepat (volcano) atau hipabisal (dekat subsurface).
Batuan aphanitik dicirikan dengan ukuran mineral yang tidak tampak dengan mata, jadi terlihat kosong (gambar di atas). Tekstur aphanitik kebanyakan mempunyai fenokris yang sedikit. Biasnya menyebabkan orang awam sering mengira sebagai phaneritik, tapi dengan sedikti praktek maka anda bisa memnedakan antara tekstur aphanitik dan porfiritikTektur aphanitik |
Tekstur Porfiritik
Penggunaan istilah ini sering membingungkan pemula. Batuan porfiritik tersusun dari setidaknya dua mineral yang jelas berbeda ukurannya. Yang besar disebut fenokris dan yang kecil disebut matriks atau massa dasar. Porfirirtik diperkirakan mengalami dua fase pendinginan, satu ketika di dalam (plutonik) dimana fenokris terbentuk dan kedua di atau dekat permukaan dimana matriks terkristalikan.
Baik aphanitik dan phaneritik dapat menjadi porfiritik, tapi pembentukannya tidak umum. Banyak dari porfiritik digunakan sebagai istilah ubahan. Misalnya, andesit dengan fenokris plagioklas, feldspar akan menjadi andesit porfiri atau porfiritik andesit (liahat foto).
Tekstur Glassy
Tekstur glassy meruapakan istilah untuk batuan beku non-kristalin (tidak ada mineral). Glass terbentuk dari pendinginan yang cepat sehingga mineral tidak punya kesempatan untuk mengkristal. Ini mungkin terjadi ketika magma atau lava berkontak dengan material yang lebih dingin dekat permukaan bumi. Glass volkanik biasa disebut obsidian.
Tekstur Vesicular
Istilah ini merujuk pada vesicles ( lubang, pori-pori atau rongga) di dalam batuan beku. Vesicle adalah hasil dari pemuaian (gelembung), yag biasa terjadi selama erupsi volkanik. Pumice dan scoria adalah jtipe umum dari batuan vesicular. Gambar disamping adalah basalt dengan vesicle, namanya vesicular basalt.
Tekstur Fragmental
Dikit lagi selesai, janji! Tekstur terakhir merujuk pada batuan piroklastik, yang keluar selama erupsi vulkanik. Batuan ini disebut fragmental. Anda akan tahu jika melihatnya dengan dekat. Akan terlihat kalau batuan ini terdiri dari butiran-butiran atau fragmen-fragmen yang menyatu karena panas erupsi volkanik. Rabalah, maka akan terasa kasar atau seperti batuan sedimen. Mungkin juga ada glass yang terbentuk. Istilah batuan fragmental sangat banyak, tapi hanya diidentifikasi sebagai “tuff”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar